My pLayLisT

Senin, 12 Juni 2017

~~~Galeri~~~


//day-1//

Kakiku benar-benar terasa mau copot, dan mati-matian sudah aku mempertahankan senyum ramah di wajahku sejak pagi ini, menyapa ratusan orang, menyalami puluhan mitra kami baik dari pelukis ternama hingga kolektor dan penikmat lukisan. Pameran ini harus sukses, walau baru sebuah pameran pembuka tapi selagi aku dan partnerku Frans, penanggung jawabnya, everything must be perfect.
Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 8 malam, saatnya memastikan semua pengunjung sudah meninggalkan galeri ini karena 1 jam lagi tempat ini sudah harus ditutup. Sampai aku melihat seorang pria masih berdiri memandangi sebuah lukisan, kuperhatikan pria itu sejenak, kutunggu sampai dia berminat untuk meninggalkan tempat itu dengan sendirinya, karena bagiku sangatlah tidak sopan untuk mengganggu seseorang yang sedang menikmati sebuah lukisan. Akhirnya aku memutuskan memanggil pak Pras, satpam gedung ini yang sedang berlalu di depanku. "Pak, tolong pastikan semua pengunjung sudah meninggalkan tempat ini ya, sepertinya masih ada seorang pengunjung di sana." kataku sambil menunjuk ke sebuah sudut dimana pria itu berdiri. Dengan muka sedikit bingung, pak Pras mengiyakan permintaanku dan akupun pergi untuk mengemasi barang-barangku sebelum pulang.

//day-2//
Syukurlah, hari ini pun segalanya berjalan lancar. Seperti biasa, 1 jam sebelum tempat ini ditutup, aku berkeliling untuk memastikan bahwa semua pengunjung sudah keluar sambil memastikan kondisi semua lukisan yang dipamerkan, sedangkan Frans mengurus urusan lainnya di ruang staff. Dan aku kembali menemui pria itu, sedang berdiri melihat lukisan yang sama seperti kemarin. Alih-alih memanggil pak Pras, kali ini aku memilih untuk mendatangi pria tersebut. Entah, aku seperti merasa sedikit penasaran akan pria itu. "Maaf pak, sepertinya Anda harus segera meninggalkan tempat ini karena sebentar lagi tempat ini akan kami tutup dan lagi pula kamera tidak diijinkan untuk masuk ke arena pameran ini." kataku sambil melihat ke arah kamera di tangan kanannya yang aku tak menyadarinya sebelumnya. Pria itu menoleh ke arahku sambil tersenyum. Oh my God! aku tak menyadari bahwa pria ini begitu tampan, kulitnya sangat putih bagai salju, matanya berwarna coklat terang yang begitu teduh dan menenangkan, dan senyumnya, senyum itu.......oh God, rasanya aku mulai meleleh.
"Apa kamu tahu arti sebuah lukisan?" tanyanya. Seketika aku kembali sadar dan berusaha menjawab pertanyaannya. "Setiap lukisan memiliki arti yang berbeda bukan, tergantung siapa yang melukisnya ataupun yang menikmatinya." jawabku sambil merasa sedikit jengkel karena sepertinya tak ada tanda-tanda bahwa pria ini akan segera meninggalkan tempat ini, dan malah mengajakku membicarakan hal yang sudah sejak pagi lelah aku perbincangkan dengan puluhan pengunjung lainnya.
"Lukisan mengandung makna sebuah kenangan, baik kenangan yang akan dirindukan oleh pelukisnya, ataupun kerinduan yang tiba-tiba muncul saat orang-orang melihatnya. Ingatlah bahwa setiap lukisan memiliki cerita, perasaan dan harapannya sendiri. seperti halnya sebuah kerinduan dan kenangan." Jawabnya sambil kembali memandangi lukisan itu penuh arti. Akhirnya aku pun memandangi lukisan itu, tapi sepertinya ada yang aneh, lukisan ini menggambarkan sebuah latar pantai dan senja, tapi seperti ada bagian yang hilang, seperti sebuah lukisan yang belum selesai, dan aku tak ingat pernah meletakkan lukisan ini di sudut ini. Atau lebih tepatnya aku tak ingat pernah melihat lukisan ini. Sebuah hal yang tak wajar mengingat bahwa semua lukisan yang ada di galeri ini sudah seperti anakku yang kurawat sendiri, dan aku mengingat setiap detail lukisan-lukisan yang dipamerkan di galeri ini.
"Apa kamu pernah jatuh cinta?" pria itu kembali mengajukan pertanyaan dan memandangiku yg ukuran tubuhku jauh lebih mungil darinya, sehingga setiap aku memandang wajahnya, aku harus sedikit mendongakkan kepalaku, membuatku tak nyaman. Ataukah pertanyaannya yang lebih membuatku tak nyaman. Apa-apaan sih pria ini, protesku dalam hati.
"Sekali lagi mohon maaf, sepertinya kami sudah terlambat untuk menutup tempat ini." elakku sopan lalu meninggalkannya.
sesaat aku sempat mendengarnya berkata ; " Biarkan cahaya itu menuntunmu."
Saat kulihat pak Pras melewatiku, aku buru-buru memanggilnya dan memintanya untuk menyuruh pria itu segera meninggalkan tempat ini, tak lupa aku menegurnya karena telah lalai membiarkan seseorang memasuki galeri dengan membawa kamera. Lagi-lagi aku langsung pergi meninggalkan pak Pras yang masih tampak kebingungan. Aku harus bergegas, aku sudah terlambat untuk pulang, pikirku.

//day-3//
Aku benar-benar bersyukur bahwa penutupan pameran hari ini berjalan lancar. Setelah aku, Frans dan seluruh tim melakukan rapat evaluasi kami memutuskan untuk segera pulang dan akan merapikan seluruh lukisan di hari berikutnya. Karena hari ini sudah sangat larut dan aku tahu semua orang pasti sudah sangat lelah. Aku pun berjalan menuju pintu keluar bersama Frans, saat aku melewati sebuah sudut dimana aku bertemu dengan pria aneh beberapa hari ini, aku bergumam lirih ; "hari ini sepertinya pria itu tidak datang."
"siapa ?" tanya Frans mengagetkanku. kupikir suaraku tak didengar olehnya tadi.
"seorang pria aneh yang selalu memandangi lukisan itu setiap kali kita akan menutup tempat ini, seorang pengunjung terakhir." kataku
"lukisan?aaahhh.....lukisan seorang pria di sana itu?" ucap Frans yang membuatku sedikit bingung.
"Lukisan seorang pria? bukankah yang ada di sana hanya sebuah lukisan berlatar pantai dan senja yang aneh?"
"Aneh? apa maksudmu?"
"Aneh, seperti lukisan yang belum selesai."
"Haahahaha......mana mungkin kita memajang lukisan yang belum selesai seperti itu, Rhea?" tawa Frans sambil memandangku aneh.
Penasaran, akupun menarik tangan Frans dan menyeretnya ke sudut dimana lukisan itu berada.
Dan......betapa terkejutnya aku, di sana.....aku melihat sebuah lukisan yang berbeda. Tak sepenuhnya berbeda sebenarnya, karena latar lukisan itu sama yaitu pantai dan senja, hanya saja......hanya saja.....bagian yang hilang itu kini telah kembali. Menyempurnakan lukisan itu. Wajah seorang pria, yang seputih salju, bermata cokelat terang yang teduh dan menenangkan, dan tersenyum sambil memegang sebuah kamera. Senyum itu, senyum yang tak pernah bisa kulupakan sejak pertama kali bertemu dengannya. Jantungku berdebar tak karuan, perasaan hangat yang mistis menjalar ke sekujur tubuhku. Otakku seakan beku tak mampu menerjemahkan semua yang terjadi.
"Lukisan ini, kenapa berubah?"
"berubah? seingatku memang seperti inilah lukisan itu sejak awal? Aku dengar dari pak Pras kalo setiap kita akan menutup galeri ini kamu selalu memandangi lukisan ini. Dan setelahnya kamu berbicara tentang seorang pria yang tak pernah pak Pras.........bla.....bla....."
suara Frans tiba-tiba tak terdengar lagi, dan aku seperti terhisap masuk ke dalam lukisan itu. Aku mendengar suara deburan ombak, desiran angin sore, dan suara seseorang yang sedang mengutak-atik sebuah benda,yang tiba-tiba dia menoleh kearahku. sambil sayup-sayup kudengar suaranya berkata "Biarkan....cahaya....itu....menuntunmu."
Zzzrruuukkkkk.......!!! aku merasa kakiku lemas, dan terjatuh ke dunia dimana aku kembali mendengar suara Frans, kutarik tangannya, seketika dia terdiam, menoleh ke arahku, dengan wajah pucat.
"Rhea.....kamu g apa-apa?"
Aku benar-benar tak mengerti......tapi.....
"Frans.......sepertinya......aku jatuh cinta."


~~~Jakarta, 10 Juni 2017~~~

Tidak ada komentar: